Dimensi Risiko Sindrom Metabolik: Obesitas, Hipertensi, dan Diabetes Melitus di Bali Pada Tahun 2024
Keywords:
hipertensi, diabetes melitus, obesitas, faktor risikoAbstract
Sindrom metabolik yang terdiri dari obesitas, hipertensi, dan diabetes melitus merupakan tantangan utama dalam pengendalian penyakit tidak menular (PTM). Di Provinsi Bali pergeseran gaya hidup sebagai dampak urbanisasi dan pariwisata dapat memperburuk prevalensi ketiga kondisi tersebut. Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi distribusi kasus sindrom metabolik dan faktor risikonya di wilayah Bali. Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif dengan menganalisis data sekunder laporan diagnosis PTM (balita hingga lansia) yang termuat pada ASIK (Aplikasi Sehat Indonesiaku) tahun 2024 di Provinsi Bali. Data dikompilasi berdasarkan kabupaten atau kota yang mencakup jumlah total peserta terdiagnosis serta jumlah penderita obesitas, hipertensi dan diabetes melitus. Tercatat sebanyak 234.094 individu di Bali telah terdiagnosis PTM. Dari jumlah tersebut, kasus obesitas tertinggi terdapat di Kabupaten Jembrana dengan 4.804 kasus atau 39.2%, sedangkan hipertensi tertinggi terjadi pada Kabupaten Klungkung dengan 34.809 kasus atau 64%, dan diabetes melitus tertinggi terjadi pada Kabupaten Gianyar dengan 3.068 kasus atau 14%. Faktor risiko yang dianalisis pada ASIK meliputi aktivitas fisik, konsumsi buah sayur, gula, garam, dan lemak, paparan merokok serta status merokok masyarakat. Berdasarkan analisis, Kabupaten Tabanan berada di peringkat pertama, dengan rata-rata tertinggi untuk seluruh faktor risiko sindrom metabolik. Meskipun prevalensi PTM pada Kabupaten Tabanan tergolong rendah, namun hal ini dapat menjadi sinyal penting untuk dilakukan pencegahan sedini mungkin. Karena faktor risiko akan bekerja secara akumulatif dan membutuhkan waktu untuk bermanifestasi menjadi penyakit kronis. Sehingga diperlukannya
langkah strategis berbasis science 5.0 yang mencakup pemanfaatan teknologi, surveilans kesehatan dan intervensi komunitas multisektor untuk menciptakan sistem kesehatan yang adaptif, prediktif, dan berkelanjutan